LDII Banten Jadi Tuan Rumah FGD Moderasi Lintas Beragama

LDII Banten Jadi Tuan Rumah FGD Moderasi Lintas Beragama

Serang (11/10). DPW LDII Banten dipercaya sebagai tuan rumah kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang di selenggarakan oleh balai Litbang agama Jakarta dan Kanwil Kemenag Banten di gedung LDII Banten, pada Rabu (08/10). FGD ini menjadi salah dialog interaktif yang melibatkan penyuluh lintas agama dan diskusi terbuka mengenai moderasi dan toleransi lintas beragama.

Ketua DPW LDII Banten, Dimo Tono Sumito, mengatakan berterima kasih kepada kementerian agama provinsi Banten, gedung LDII Banten di percaya untuk kegiatan FGD moderasi beragama dengan peserta 6 lintas agama dan ormas islam di Banten.

Dimo sumito menambahkan FGD ini sejalan dengan program 8 cluster LDII untuk bangsa poin satu kebangsaan, harmoni saling menjaga toleransi ini menjadi tanggung jawab bersama sesama anak bangsa,ibarat parahu ditengah lautan di jaga setenang mungkin agar berlayar sampai tujuan.

Ia, menjelaskan kegiatan ini dirancang untuk memberikan ruang kepada penyuluh lintas agama agar memahami Moderasi Beragama secara menyeluruh, tidak hanya sebagai tujuan akhir relasi, tapi juga sebagai proses panjang yang memerlukan kesiapan. “Kami ingin semua agama tidak sekadar siap secara individual secara lahiriah, tetapi juga mental, emosional, dan spiritual,” ujarnya.

Lanjut Dimo Sumito melanjutkan bahwa kegiatan seperti ini penting untuk membekali penyuluh lintas agama menghadapi tantangan zaman. “Kami ingin semua agama bisa mengimplementasikan moderasi beragama, LDII tidak hanya sukses secara pribadi, tapi juga siap menjadi fondasi Moderasi Beragama yang kokoh bagi masyarakat,” tuturnya.

FGD ini menjadi sarana saling bertukar pengalaman antar penyuluh lintas agama. Selain berbagi cerita pribadi, para peserta juga saling menyampaikan perspektif yang berbeda, mulai dari pengalaman beragama hingga hubungan sosial. “Proses ini diharapkan dapat memperkuat pola pikir dan kepekaan dalam membangun relasi yang sehat dan bertanggung jawab,” katanya.

Selain komunikasi, para peserta juga menyoroti pentingnya kesiapan finansial dan emosional. Mereka menilai bahwa Moderasi Beragama tanpa persiapan spiritual dapat menimbulkan tekanan dalam masyarakat. “Banyak dari kami mulai berpikir realistis. Kalau belum kuat secara spiritual, bagaimana bisa toleransi saudara lintas agama dalam kondisi sulit?” ucap peserta lain, Aby Muhibi.

Salah satu peserta, Aby Muhibi dari PWNU Banten menggarisbawahi bahwa Moderasi tidak cukup untuk membangun spiritual yang langgeng. Ia menyebut perlunya keselarasan visi dan kerja sama dalam menghadapi dinamika kehidupan masyarakat.

“toleransi bukan cuma peduli, tapi tentang beberapa orang yang siap saling menguatkan dalam kondisi apa pun,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *